SEKITAR KITA

35 Anak di Surabaya Ditinggal Meninggal Orang Tua Akibat Covid-19

Diterbitkan

-

Memontum Surabaya – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya saat ini terus mendata anak-anak yang orang tuanya meninggal karena Covid-19. Kasi Rehabilitasi Tuna Sosial Dinsos Kota Surabaya, Agus Rosyid, menyebut sekitar 35 anak Surabaya kehilangan orang tua karena kematian Covid-19.

“Kami terus data jumlah anak-anak yang ditinggal orang tuanya meninggal karena Covid-19. Data tersebut terus berkembang. Saat ini sudah sekitar 35 anak,” kata Agus Rosyid, Jumat (13/08).

Baca Juga:

    Menurut Agus, data tersebut terus berkembang seiring dengan kematian Covid-19 yang terjadi. Pihaknya mendapat data tersebut dari rumah sakit, tempat pemulasaran jenazah dan data dari puskesmas apabila yang bersangkutan meninggal di rumah.

    “Tentu berdasarkan hasil tes antigen atau PCR swab yang dilakukan untuk mengetahui bukti bila terpapar Covid-19 saat meninggal dunia,” jelasnya.

    Advertisement

    Lanjutnya lagi, anak-anak tersebut akan mendapatkan permakanan setiap harinya. Selain itu juga mendapatkan beasiswa apabila anak tersebut masih bersekolah.

    “Intervensinya berupa permakanan dan beasiswa hingga Perguruan Tinggi Negeri (PTN),”ujarnya.

    Selain itu pihaknya juga bekerjasama dengan Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya dan melibatkan relawan untuk melakukan pendampingan berupa school sosial.

    “Jadi kami terus petakan di tiap kecamatan apa saja yang dibutukan oleh masing-masing anak dan tentunya melalui assessment terlebih dahulu,” jelasnya.

    Advertisement

    Namun, lanjutnya tidak menutup kemungkinan Dinsos juga memfasilitasi dan membina anak-anak tersebut untuk di rumah kampung anak negeri yang berada di Wonorejo, Surabaya.

    “Tentunya harus melalui persetujuan anak dan keluarga yang bersangkutan,”imbuhnya.

    Sementara itu, Agus mengaku, anak-anak yang ditinggalkan orang tua paling banyak usia di bawah 18 tahun.

    “Yang jelas meraka warga KTP Surabaya rata-rata usianya dibawah 18 tahun yang paling banyak ditinggal orang tuanya. Dan masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) kami langsung prioritaskan terlebih dahulu untuk mendapatkan permakanan termasuk pengurusan beasiswa sampai PTN,” tegasnya.

    Advertisement

    Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, berterima kasih kepada para pelajar SDN dan pelajar SMPN yang sudah memberikan bantuan sumbangan dari arahan Dinas Pendidikan (Dispendik)  serta guru-guru pelajar.

    “Kami sampaikan terimakasih kepada anak-anak Surabaya, adik Surabaya memberikan bantuan kepada kita Istilahnya, melatih empati dengan memberikan sumbangan yang sangat luar biasa melalui arahan Dinas Pendidikan dan para guru berhasil mengumpulkan uang lebih dari Rp 1 milyar, ada 134 ton beras, ada 100 liter minyak, ada 100 kilogram gula,” ujar Wali Kota Eri.

    “Ini memberikan contoh bahwa untuk menjadi pemimpin itu harus memiliki empati. Itu sudah terwujud di Surabaya dengan ditunjukkan adik para pelajar SDN dan SMPN kita,”imbuhnya.

    Eri menambahkan, bagi anak yang ditinggal oleh orangtuanya akibat Covid-19, Pemkot Surabaya akan mendata anak warga Surabaya yang yatim, piatu, atauapun yatim piatu. “Kami biayai sampai dengan kuliah. Ini yang bisa kita lakukan. Sehingga, ketika ditinggalkan orang tua, anak ini masih memiliki keluarga besar. Kami mengatakan Surabaya bukan Wali kota dan warganya. Namun keluarga besar kota Surabaya,” kata Eri. (ade/ed2)

    Advertisement
    Advertisement
    Click to comment

    Tinggalkan Balasan

    Terpopuler

    Lewat ke baris perkakas