SEKITAR KITA
Pemkot Surabaya Produksi Peti Mati untuk Pasien Meninggal Covid-19
Memontum Surabaya – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memproduksi peti mati untuk mengantisipasi lonjakan angka kematian Covid-19 serta untuk mengurangi antrean pemulusaran dan pemakaman jenazah Covid-19.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan jika pihaknya sering mendapatkan laporan tentang banyaknya jumlah kematian di Surabaya akibat Covid-19.
Baca juga:
Karenanya, Pemerintah Kota Surabaya akan memproduksi peti mati untuk mengurangi antrean pemulasaran dan pemakaman jenazah Covid-19 Surabaya, yang kini kian meningkat. Hingga, banyaknya antrean, jenazah serta petugas pemakaman harus menunggu berjam-jam.
“Aku sedih, sudah meninggal, tapi juga harus mengantre sampai 20 jam untuk di makamkan,” kata Eri Jumat (02/07).
Maka dari itu, kata Eri, Pemkot Surabaya akan berusaha meringankan beban keluarga dari jenazah dengan membantu memfasilitasi peti mati yang dibuat di Keputih dan Balai Kota.
“Pembuatan peti mati kita lakukan sendiri (Pemkot) dan targetnya sebanyak-sebanyaknya ini sampai seratus, tapi semoga gak sampai seratu,” ujarnya.
Peti mati itu akan dikirimkan langsung ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Keputih Surabaya, lengkap dengan petugas pemulasaran yang bertugas memandikan jenazah.
Kepala Bidang Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRPCKTR), Iman Krestian, menjelaskan pembuatan peti mati sudah dimulai sejak Jumat (25/06) lalu dengan rencana awal peti dibuat di Makam Belanda, Peneleh Surabaya.
“Area kosong di Makam Belanda Peneleh, peti mati rencananya dibuat di sana. Karena terbatas dan mobilisasi susah, kami pusatkan di Balai Kota Surabaya,” katanya.
Pemkot Surabaya sebatas menyediakan petugas untuk pemulasaran jenazah. Peti yang dibuat di Balai Kota Surabaya langsung didistribusikan oleh Satgas Covid-19 Surabaya ke TPU Keputih dan rumah sakit sesuai dengan permintaan
Rata-rata Pemkot Surabaya membuat 100 peti mati per harinya. Perihal anggaran, setiap peti menghabiskan biaya sekitar Rp 250 ribu dengan sistem swakelola Satgas.
“Belanja triplek, kayu, dan seterusnya, anggaran semuanya masuk jadi satu,” kata Iman.
Dalam sehari, kata Iman, pihaknya ada 40 pekerja yang terdiri dari 20 asal Dinas PU dan Bina Marga dan 20 dari Dinas Cipta Karya. Pembuatan peti pun sesuai standarisasi Covid-19 dan tidak asal-asalan. (ade/ed2)
- Pemerintahan4 tahun
Dana Hibah Rp 2,9 Triliun 11 OPD Provinsi Jatim Diduga Fiktif
- Hukum & Kriminal5 tahun
Advokad Sa’i Rangkuti Blokir Sertifikat Budi Hartono Sidarta, Sengketa Tanah Jalan Raya Babatan VI Unesa Lidah Wetan
- Pemerintahan5 tahun
RSUD dr Soetomo Dikabarkan Overload, DPRD: Pemkot Surabaya Sebaiknya Optimalkan Puskesmas
- Pendidikan5 tahun
ITS dan Unair Bekerjasama Pembuatan Robot RAISA
- Komunikasi Sosial5 tahun
Sahabat Pena Out Bond Bersama Anak Yatim Yayasan Al Ashar
- Pemerintahan5 tahun
Jelang PSBB, Pemkot Surabaya Terapkan Protokol Kesehatan di Pasar Keputran Utara
- Hukum & Kriminal5 tahun
Sa’i Rangkuti Assosiates All Out Dampingi Vivi Damayanti, Sengketa Tanah Jalan Raya Babatan VI Unesa Lidah Wetan
- Pemerintahan5 tahun
Tambang Emas Tumpang Pitu Banyuwangi Bermasalah, Khofifah Terjunkan Tim Inspektur Tambang dan Tim Pengawas