SEKITAR KITA

Jaga Kualitas Produksi Garam Petani agar Lebih Meningkat, Ini Langkah Pemkot Surabaya

Diterbitkan

-

Memontum Surabaya – Warga di beberapa wilayah Kota Surabaya, masih terus eksis menggarap tambak sebagai lahan pertanian. Salah satunya, adalah kelompok petani garam yang berada di pesisir pantai Kampung Greges, Kelurahan Tambak Sarioso, Kecamatan Asemrowo, Kota Surabaya.

Camat Asemrowo Surabaya, Bambang Udi Ukoro, mengatakan bahwa di Kecamatan Asemrowo masih ada petani tambak garam. Sementara luas lahan yang digarap, ada sekitar 20 hektar.

Baca juga:

    “Setiap 1 tahun, mereka bisa panen sampai 10 ton (per petak) dan panen ini dilaksanakan secara periodik antara lima sampai tujuh hari sekali,” kata Bambang, Kamis (07/10/2021).

    Selain itu, tambah Bambang, mengenai pengolahannya bagaimana, itu telah dirinya lihat langsung. Karenanya, mensikapi itu, dirinya bakal berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) agar ada pembinaan yang lebih masif kepada petani garam di wilayahnya.

    Advertisement

    “Saat ini para petani membutuhkan bantuan geomembran atau terpal agar kualitas produksinya meningkat. Kami akan coba menghimpun dulu jumlah dari petani garam yang ada di Kecamatan Asemrowo untuk diteruskan ke DKPP,” terangnya.

    Lebih lanjut Bambang menjelaskan, kalau dirinya siap memfasilitasi warganya yang membutuhkan pembinaan seperti pelatihan dan pendampingan agar kualitas produksi garam lebih meningkat. Karena bagaimana pun, ke depan petani di wilayahnya diharapkan dapat memiliki produk garam sendiri.

    “Tentunya kami berharap,.para petani ini bisa membuat produksi sendiri. Baik itu mekanisme mulai dari pembibitan sampai dengan panen. Hasil panen itupun kalau bisa diproduksi (dikemas) sendiri. Karena selama ini hasil panen langsung masuk ke pabrik,” jelasnya.

    Sementara itu, Salah satu petani garam di Kelurahan Tambak Sarioso, Kecamatan Asemrowo, Surabaya, Heri Susanto, mengungkapkan bahwa sejak puluhan tahun, dirinya bersama rekan-rekannya menggarap lahan tambak untuk pengolahan garam. “Untuk meningkatkan produktivitas garam, kita membutuhkan geomembran atau terpal. Kalau pakai geomembran, itu kualitas dan mutu garam bisa lebih bagus dan halus,” kata Heri Susanto.

    Advertisement

    Menurut Heri, jika menggunakan geomembran atau terpal, kualitas garam yang dihasilkan juga lebih bersih. Sehingga garam tersebut tidak tercampur dengan tanah. Dengan hasil produksi yang bersih itu, maka nilai jual garam bisa lebih tinggi.

    “Ada dua jenis garam yang kita produksi, geomembran dan langsung tanah. Kalau pakai geomembran (terpal), kualitasnya bagus, kalau alasnya tanah itu hasilnya garam grosok. Kita sebagai petani garam diusahakan pakai terpal atau geomembran,” jelasnya.

    Di tempat terpisah, Kabid Kelautan dan Perikanan DKPP Kota Surabaya, M Aswan, juga mengakui bahwa kualitas garam akan lebih bagus jika menggunakan geomembran. “Kita akan bantu geomembran agar kualitas garam mereka (petani) lebih bagus. Kita sesuaikan juga dengan kondisi anggaran. Insya Allah di tahun depan (2022), kita usulkan,” Aswan.

    Saat ini, kata Aswan, di Surabaya ada sebanyak 10 kelompok petani garam dengan jumlah sekitar 100 orang. Untuk lokasinya, mereka tersebar di beberapa wilayah kecamatan, yakni Benowo, Pakal dan Asemrowo. 

    Advertisement

    “Ada sekitar 10 kelompok petani garam di Surabaya dengan jumlah sekitar 100 orang,” jelasnya. 

    Lebih lanjut dirinya menambahkan, bahwa pihaknya akan menyediakan fasilitas gudang untuk menyimpan garam di Samemi itu gratis. 

    “Mereka (petani) bisa menyimpan garam di sana, kapasitasnya hingga 30 ribu karung,” tambahnya. (ade/sit)

    Advertisement
    Advertisement
    Click to comment

    Tinggalkan Balasan

    Terpopuler

    Lewat ke baris perkakas