Pendidikan
Sikapi Billboard Politikus di Masa Pandemi, Ini Pendapat Pengamat Komunikasi Politik Unair
Memontum Surabaya– Di tengah perjuangan menekan lonjakan kasus kedua, pandemi Covid-19, beberapa politikus justru sibuk memasang billboard foto mereka di sepanjang jalan. Tindakan itu pun memunculkan banyak kritikan dari masyarakat karena dianggap tidak berempati.
Merespons hal itu, salah seorang pengamat komunikasi politik dari FISIP UNAIR, Irfan Wahyudi, menilai bahwa secara teknis pemasangan billboard tersebut tidak menjadi masalah.
Baca Juga:
Irfan Wahyudi, menjelaskan, bahwa pemasangannya tidak dilakukan secara liar, namun dilakukan di tempat yang memang diizinkan untuk memasang billboard.
“Sebenarnya sah-sah saja ya pasang billboard, namun yang perlu diperhatikan adalah pesan di dalamnya. Kalau pesannya justru menyiratkan tentang kepentingan politik, tentu itu mencederai semangat rakyat yang tengah berjuang melawan Covid. Jadi, yang salah itu bukan billboard-nya sebagai media, tapi pesan yang disampaikan,” kata Irfan, Jumat (13/08).
Promosi yang sia-sia, kata dia, ada dua cara penyampaian pesan yang digunakan oleh para politikus dalam billboard tersebut.
Yakni promosi secara terang-terangan atau hardselling dan promosi secara ‘malu-malu’ melalui tulisan jargon. Dua cara tersebut, dianggapnya sebagai tindakan yang tidak berempati karena tidak mencerminkan kondisi sekarang ini.
“Pemasangannya seolah menyampaikan bahwa apapun yang terjadi saya tetap akan promosi diri agar dikenal masyarakat untuk persiapan laga 2024,” ujarnya.
Alih-alih menampilkan foto diri dengan masing-masing jargon, Irfan menilai lebih baik billboard tersebut diisi dengan iklan yang bisa mempersuasi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dengan baik, cara mencuci tangan yang benar, atau pesan positif lainnya yang bisa meningkatkan optimisme dalam melawan krisis kesehatan dan ekonomi.
Lanjutnya lagi, mengingat bahwa sebentar lagi adalah HUT Kemerdekaan, Irfan menyebut pemasangan iklan dengan tema semangat kemerdekaan juga dianggapnya lebih pas untuk dilakukan.
“Konsep periklanan yang dilakukan itu, tidak masuk semua dan hanya buang-buang uang. Bahkan, pesan promosi diri tidak tersampaikan kepada masyarakat dan justru menjadi bumerang yang berbalik menyerang ke mereka sendiri,” jelas dosen mata kuliah media tersebut.
Sementara itu, pengaruh Billboard terhadap Elektabilitas dengan perihal seberapa besar pengaruh pemasangan billboard terhadap elektabilitas para politikus.
Irfan menjelaskan, bahwa efektifitasnya sangat beragam, bergantung pada pesan dan di mana billboard itu dipasang.
Sebagai alat peraga yang bisa dilihat secara langsung, Irfan mengutarakan apabila billboard tersebut mampu memunculkan engagement atau tindakan di mana seseorang mulai kepo dan mencari tahu lebih detail mengenai sosok yang diiklankan, maka pemasangan iklan itu berhasil tersampaikan dengan baik. “Yang perlu diperhatikan adalah, jangan dulu mementingkan diri sendiri atau partai dalam kondisi sekarang ini. Kearifan atau kebijaksanaan perlu diutamakan, sebelum bertindak karena pemasangan billboard itu memakai ruang publik secara visual,” pesan Irfan. (ade/ed2)
- Pemerintahan4 tahun
Dana Hibah Rp 2,9 Triliun 11 OPD Provinsi Jatim Diduga Fiktif
- Hukum & Kriminal5 tahun
Advokad Sa’i Rangkuti Blokir Sertifikat Budi Hartono Sidarta, Sengketa Tanah Jalan Raya Babatan VI Unesa Lidah Wetan
- Pemerintahan5 tahun
RSUD dr Soetomo Dikabarkan Overload, DPRD: Pemkot Surabaya Sebaiknya Optimalkan Puskesmas
- Pendidikan5 tahun
ITS dan Unair Bekerjasama Pembuatan Robot RAISA
- Komunikasi Sosial5 tahun
Sahabat Pena Out Bond Bersama Anak Yatim Yayasan Al Ashar
- Pemerintahan5 tahun
Jelang PSBB, Pemkot Surabaya Terapkan Protokol Kesehatan di Pasar Keputran Utara
- Hukum & Kriminal5 tahun
Sa’i Rangkuti Assosiates All Out Dampingi Vivi Damayanti, Sengketa Tanah Jalan Raya Babatan VI Unesa Lidah Wetan
- Pemerintahan5 tahun
Tambang Emas Tumpang Pitu Banyuwangi Bermasalah, Khofifah Terjunkan Tim Inspektur Tambang dan Tim Pengawas