Pendidikan

Surabaya Covid-19: Tunjukkan Kepedulian Pencegahan, ITS Produksi Face Shield Mask

Diterbitkan

-

Djoko Kuswanto saat menjajal Face Shield Mask di RS Universitas Airlangga
Djoko Kuswanto saat menjajal Face Shield Mask di RS Universitas Airlangga

Memontum Surabaya – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan kepeduliannya untuk membantu mencegah penyebaran wabah Corona atau Corona Virus Disease 19 (Covid-19) yang telah menjadi pandemi di dunia saat ini. Setelah sebelumnya berinovasi merancang sejumlah perangkat disinfeksi, kini ITS juga memperkenalkan salah satu Alat Pelindung Diri (APD) berupa Face Shield Mask yang diproduksi sendiri.

Djoko Kuswanto ST, Kepala Laboratorium Integrated Digital Design Departemen Desain Produk Industri ITS selaku inventor mengungkapkan, target produksi dari Face Shield Mask ini dapat memenuhi 500 sampai 1.000 item setiap hari. “Sejak Sabtu (21/3/2020) lalu, gagasan ini telah diupayakan untuk mencapai target tersebut,” ujarnya.

Dikatakan Djoko, panic buying menjadi salah satu bentuk respon masyarakat terhadap merebaknya Covid-19 ini. “Dunia medis pun ikut terguncang, dengan berkurangnya APD, akibat panic buying, yang sebetulnya sangat dibutuhkan tenaga medis,” ujarnya.

Jumlah APD yang kian menurun inilah, menurut Djoko, yang menggugah ITS bersama Asosiasi Printer 3D Indonesia ikut memberikan bantuan APD dengan memproduksi Face Shield Mask ini. Djoko yang juga Koordinator Asosiasi Printer 3D Indonesia chapter Jatim ini menjelaskan, Face Shield Mask dipilih karena mudah dibuat dengan estimasi waktu pembuatan yang terbilang cepat.
“Apalagi, masker menjadi kebutuhan yang mendesak saat ini,” ungkapnya, Kamis (26/3/2020)

Advertisement

Berdasarkan dari data yang diterima Laboratorium Integrated Digital Design ITS, saat ini kebutuhan masker mencapai 270.000 buah. Didukung fakta tersebut, Djoko menuturkan bahwa akan ada dua jenis prosedur produksi yang diterapkan. Tujuannya adalah efisiensi kerja produksi. Metode 3D Printing, kata Djoko, menjadi opsi pertama. “Cara kerjanya adalah dengan menata bahan berupa lelehan sehingga menjadi benda yang dikonsepkan,” terangnya menyederhanakan cara kerja additive 3D Printing.

Kelebihan metode 3D Printing sendiri, menurut Djoko, yaitu barang dapat terproduksi lebih detail sesuai yang dirancang. Akan tetapi, untuk kondisi gawat seperti saat ini, 3D Printing memakan waktu produksi yang cenderung lama. Maka, lanjutnya, alat yang dikenal dengan CNC Router menjadi opsi untuk mengatasi hal itu.

CNC Router merupakan mesin yang dilengkapi dengan digital signal processing (DSP) dalam proses memotong atau mengukir suatu bahan tertentu. Secara singkat, Djoko menuturkan bahwa sistem kerja dengan CNC Router adalah substractive atau dengan melakukan pengurangan. “Dari bahan yang utuh, bahan diukir sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang diinginkan,” bebernya.

Dengan menggunakan bantuan CNC Router, bekerja sama dengan Laboratorium Protomodel ITS, kecepatan produksi Face Shield Mask ini diharapkan dapat segera memenuhi kebutuhan, khususnya di Jawa Timur dengan permintaan yang telah mencapai 35.000 buah. Djoko menyebutkan, satu CNC Router memiliki kecepatan produksi hampir sama dengan 200 sampai 400 printer sekaligus. “CNC Router kemudian kami pilih sebagai cara yang diprioritaskan,” ujarnya.

Advertisement

Dari dua prosedur yang diterapkan, diambil juga dua bahan yang menjadi komposisi satu jenis dari APD ini. Kata Pendiri Rumah Prototesis Indonesia ini, digunakan dua jenis plastik untuk membuat masker darurat ini. Yaitu plastik High Density Polyethylene (HDPE) dan Polyethylene terephthalate (PET). Masker darurat ini pun harus diproduksi dengan memerhatikan keamanan bahan yang digunakan.

Kedua jenis plastik yang dipilih, menurut Djoko, adalah dua jenis plastik yang aman digunakan termasuk untuk kepentingan medis. Pasalnya, dua jenis plastik itu juga dapat digunakan sebagai pengemas bahan pangan. Selain itu, baik plastik HDPE dan PET, keduanya sama-sama mudah ditemukan di pasaran. “Kemudahan ini begitu mendukung proses produksi, di tengah anjuran untuk social distancing,” sebutnya.
Mengenai distribusi produk, ia menyampaikan, topeng masker ini hanya diperuntukkan bagi lembaga klinis yang membutuhkan. Memperjelas pernyataannya, ia menyebutkan pembagian yang tanpa biaya ini, memiliki alur prosedur distribusi yang tidak sembarangan. “Kami tidak ingin ada kesalahan penyaluran kepada yang kurang membutuhkan,” tegasnya.

Tim yang ada terbagi menjadi empat divisi, yaitu pendataan permintaan, produksi, perakitan, dan distribusi. Hal itu merupakan salah satu bentuk upaya mencegah terjadinya kesalahan dalam penyaluran masker gratis ini. Mengikuti rekomendasi dari jajaran dekanat Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital ITS, permintaan yang akan diproses adalah yang mengikuti alur pemesanan kebutuhan. (ace/yan)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas