BNN Nilai Surabaya Darurat Narkoba

Tantangan

Ragam tantangan dihadapi aparat ketika hendak menjadikan kawasan Jalan Kunti bebas dari peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba. Rapat Koordinasi Pemberdayaan Alternatif di Kantor Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya, Jalan Grudo V, Kecamatan Tegalsari, belum lama ini juga memunculkan fakta keberadaan tokoh masyarakat dan tokoh agama yang menolak lingkungan tinggalnya dicap sebagai ‘Kampung Narkoba’.

Mereka tidak memungkiri adanya penangkapan banyak warga dalam kasus narkoba. Belum lagi penyerangan terhadap aparat yang berupaya mengungkap jaringan sindikat narkoba. Kendati realita ini bisa menjadi indikator kuat, namun tokoh masyarakat dan tokoh agama menolak keras sebutan itu.

Pemasangan plakat yang menyebutkan kawasan tersebut bebas narkoba, tidak bertahan lama. Banyak plakat yang hilang karena berbahan besi serta plat sehingga bisa dijual kiloan, dan atau ada motif lain yang melatar belakangi hilangnya plakat yang tujuannya mengguggah kesadaran melalui sentuhan psikologi tersebut.

Acara cangkrukan yang pernah diadakan Polres KPPP Tanjung Perak juga tidak diikuti mereka-mereka yang diindikasikan kuat masuk dalam jaringan bisnis haram narkoba. Yang datang dalam sosialisasi justru mereka yang sudah lanjut usia. Singkatnya, sosialisasi kurang tepat sasaran. Kendati demikian, mereka yang masuk jaringan penjualan narkoba ikut pasang telinga atas materi yang disampaikan dalam sosialisasi.

Ada banyak lembaga pendidikan agama di kawasan tersebut, yang dikelola para pemuka agama. Ada setingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Lebih tepatnya, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA). Lembaga pendidikan linier itu terintegrasi dalam yayasan keagamaan yang dipimpin tokoh masyarakat. Lembaga pendidikan tinggi juga ada di kawasan tersebut. Peran besar bisa diberikan leh pihak-pihak yang ada dalam lembaga-lembaga tersebut. (ano/yan)

Laman: 1 2 3 4 5 6