SEKITAR KITA
Tanggapi Penolakan Warga, Wali Kota Eri Sebut RS Sehat untuk Kebutuhan Warga
Memontum Surabaya – Munculnya polemik atau penolakan perubahan alih fungsi sekolah menjadi tempat isolasi mandiri (Isoman) yang dilakukan Pemkot Surabaya, mendapat respon Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Dirinya menyampaikan, bahwa masyarakat belum mengerti maksud dan tujuan serta langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemkot Surabaya.
“Sebenarnya ini sudah disosialisasikan. Dipikirnya masyarakat, RS isolasi mandiri ini seperti tempat yang bawa ambulans. Padahal, bukan seperti itu. RS rumah sehat ini (tempat isolasi), itu kebutuhannya jika ada siapa yang sakit di sekitar kelurahan, maka bisa isolasi di situ,” terang Wali Kota Surabaya.
Baca juga:
Eri menjelaskan, seumpamanya, jika salah satu anggota keluarga terkena, sementara yang lain adalah negatif. Dari situ, kalau yang terkena dibiarkan, maka yang tertular adalah warga kampung. Karenanya, perlu tempat yang namanya isolasi
“Saya tidak mau, warga kampung tertular semua. Ini kepentingan warga sendiri. Baru beberapa, sudah banyak (penolakan, red),” ujarnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, termasuk di RS Gelora Bung Tomo (GBT), warga juga menolak. Menurut Eri, warga yang menolak, itu takut dengan Covid-19. Sebab itu, dirinya berharap, bahwa Covid-19, bukan dianggap sebagai aib. Jika ada yang terkena, jangan dijauhi.
“Kekuatan psikologi lebih besar imun. Kalau dikucilkan, maka imunnya akan rendah. Ayo bersama dengan kekuatan warga, ayo jangan egois,” ucap Eri.
Masih menurut Wali Kota, menyelamatkan warga kampung, bagusnya dilakukan per RW. Namun, tidak semua RW, itu sama dan punya tempat.
Eri menambahkan, jika kemudian ada yang sakit parah, maka harus dilarikan ke RS. Jadi, tidak boleh keluar dari kelurahan atau desa itu. Warga setempat mengira, bahwa rumah sehat (Isoman, red) itu untuk semua orang. Padahal, rumah sehat tersebut untuk warga kelurahan. Dikarenakan, rumah sakit penuh.
“Jadi di masing-masing kelurahan kita bentuk. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk keluarga kita di kelurahan itu. Sehingga, nanti ada rumah sehat Covid-19, di tempat-tempat lainnya. Ini adalah untuk menolong warga di kelurahan itu, jadi jangan sampai terlambat mendapatkan pertolongan pertama,” paparnya.
Sebelumnya, Jumat,(23/07) kemarin, banyak aksi penolakan beberapa wilayah warga Kota Surabaya terhadap tempat yang akan dijadikan tempat isolasi khusus warga yang terpapar Covid-19.
Seperti, warga di Barata Jaya menolak SDN Barata Jaya yang digunakan sebagai tempat isolasi, warga Gunungsari yang menolak SD Gunungsari 1 menjadi tempat isolasi, dan warga sekitar GBT yang juga melakukan aksi tersebut.
Kebanyakan dari aksi itu, warga mengaku bila tak mendapat sosialisasi sebelumnya dari pihak Pemkot Surabaya maupun dari pihak Satgas Kota Surabaya. (ade/sit)
- Pemerintahan4 tahun
Dana Hibah Rp 2,9 Triliun 11 OPD Provinsi Jatim Diduga Fiktif
- Hukum & Kriminal5 tahun
Advokad Sa’i Rangkuti Blokir Sertifikat Budi Hartono Sidarta, Sengketa Tanah Jalan Raya Babatan VI Unesa Lidah Wetan
- Pemerintahan4 tahun
RSUD dr Soetomo Dikabarkan Overload, DPRD: Pemkot Surabaya Sebaiknya Optimalkan Puskesmas
- Pendidikan5 tahun
ITS dan Unair Bekerjasama Pembuatan Robot RAISA
- Komunikasi Sosial5 tahun
Sahabat Pena Out Bond Bersama Anak Yatim Yayasan Al Ashar
- Pemerintahan5 tahun
Jelang PSBB, Pemkot Surabaya Terapkan Protokol Kesehatan di Pasar Keputran Utara
- Hukum & Kriminal5 tahun
Sa’i Rangkuti Assosiates All Out Dampingi Vivi Damayanti, Sengketa Tanah Jalan Raya Babatan VI Unesa Lidah Wetan
- Pemerintahan5 tahun
Tambang Emas Tumpang Pitu Banyuwangi Bermasalah, Khofifah Terjunkan Tim Inspektur Tambang dan Tim Pengawas